RINGKASAN MATERI KELOMPOK 4
Tentang
Prinsip-Prinsip
Manajemen Kelas
A. Prinsip-Prinsip Manajemen kelas
Dalam manajemen kelas terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan sebagai prasyarat menciptakan satu model pembelajaran yang efektif
dan efisien, yaitu (Muhaimin,2002:137-144):
1. Prinsip Kesiapan (Readiness)
Kesiapan
belajar ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, psikis, inteligensi, latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan
faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
2.
Prinsip Motivasi (Motivation)
Motivasi
adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke
arah suatu tujuan tertentu. Adanya motivasi pada peserta didik maka akan
bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu
yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar, berusaha keras dan
memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut serta terus
bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.
3.
Prinsip Perhatian
Perhatian merupakan suatu
strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan yaitu berorientasi pada
suatu masalah, meninjau sepintas isi masalah, memusatkan diri pada aspek-aspek
yang relevan dan mengabaikan stimuli yang tidak relevan. Dalam proses
pembelajaran perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya.
4.
Prinsip Persepsi
Prinsip umum yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan persepsi adalah
a. makin baik persepsi mengenai
sesuatu makin mudah peserta didik belajar mengingat sesuatu tersebut.
b. dalam pembelajaran perlu
dihindari persepsi yang salah karena hal ini akan memberikan pengertian yang
salah pula pada peserta didik tentang apa yang dipelajari.
c. dalam pembelajaran perlu
diupayakan berbagai sumber belajar yang dapat mendekati benda sesungguhnya
sehingga peserta didik memperoleh persepsi yang lebih akurat.
5.
Prinsip Retensi
Retensi adalah apa yang
tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu.
Dengan retensi membuat apa yang dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih
lama dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Karena
itu, retensi sangat menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam proses
pembelajaran.
6.
Prinsip Transfer
Transfer merupakan suatu
proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat memengaruhi proses dalam
mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian, transfer berarti pengaitan
pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang baru dipelajari.
Pengetahuan atau keterampilan yang diajarkan di sekolah selalu diasumsikan atau
diharapkan dapat dipakai untuk memecahkan masalah yang dialami dalam kehidupan
atau dalam pekerjaan yang akan dihadapi kelak.
B. Permasalahan Dalam Prinsip
Managemen Kelas
1. Masalah Individual
Penggolongan masalah individual ini
didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada
pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk
memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal
mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah
laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku
menarik perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan
memperlihatkan ketidakmampuan. Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama
makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain
boleh jadi menjadi anak yang mengejar kekuasaan.
a. Attention getting behaviors
(pola perilaku mencari perhatian).
Seorang
siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana
hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif)
bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari
perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer,
melawak(memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus
bertanya; singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian
yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus
meminta bantuan orang lain.
b.
Power seeking
behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan
perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif
suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau
melakukan yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap tidak patuh
secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang amat
menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama sekali.
Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan
ketidakpatuhan.
c.
Revenge seeking
behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi
yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan
jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar,
menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha, ataupun
terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan
merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan pemain-pemain yang baik
(misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya
lebih suka bertindak secara aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang
aktif sering dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif
dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka menetang).
d.
Helplessness (peragaan
ketidakmampuan).
Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada
dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya
(yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang
menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah
kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi
ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri.
Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.
Keempat
masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau
perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi
juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
Ada
empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah individu seperti
diuraikan diatas pada diri para siswa.
a.
Jika guru merasa terganggu (atau bosan)
dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari perhatian.
b.
Jika guru merasa terancam (atau merasa
dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin
mengalami masalah mencari kekuasaan.
c.
Jika guru merasa amat disakiti, hal itu
merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah
menuntut balas.
d.
Jika guru merasa tidak mampu menolong lagi,
hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah
ketidakmampuan. Ditekankan, guru hendaknya benar-benar mampu mengenali dan
memahami secara tepat arah tingkah laku siswa-siswa yang dimaksud (apakah
tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari perhatian, mencari kekuasaan,
menuntut balas, atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar guru itu mampu
menangani masalah siswa secara tepat pula.
2.
Masalah
Kelompok
Dikenal
adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
a.
Kurangnya kekompakan
Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan
adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara para anggota kelompok. Konflik
antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda
termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa kelas
yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh
adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan
merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa
tertarik dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu
membantu.
b.
Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
Jika suasana kelas menunjukkan bahwa
siswa-siswa tidak mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka
masalah yang kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok.
Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal
pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau
mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat
duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria
dan lain-lain.
c.
Reaksi
negatif terhadap sesama anggota kelompok
Reaksi negatif
terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang
dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu,
anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok
yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini
kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
d. Penerimaan kelas (kelompok) atas
tingkah laku yang menyimpang.
Penerimaan
kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu
mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku
menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah
perbuatan memperolok-olokan (memperlawakkan), misalnya membuat gambar-gambar
yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan
masalah perorangan telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih
perlu mendapat perhatian.
e.
Kegiatan anggota atau kelompok yang
menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan
atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja. Masalah
kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran
kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap
hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil
untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi
ialah para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak
adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan
kekhawatiran.
f.
Ketiadaan
semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes.
Masalah kelompok
yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau
melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung.
Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan
pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak
dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain
merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja. Pada umumnya protes dan
keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara
terbuka biasanya jarang terjadi.
g.
Ketidakmampuan
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
Ketidak-mampuan
menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi
secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian
keanggotaan kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok,
perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu
terjadi sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu
ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai
ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering terjadi ialah
tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal
biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
C. Kebijakan Tentang Prinsip Manajemen Kelas
a.
mengidentifikasi masalah
b.
menganalisis masalah
c.
menilai
alternative-alternatif pemecahan masalah
d.
mendapatkan balikan
Daftar Rujukan
Muhaimin. 2002. Paradigma
Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosyda Karya.
Priodarminto.1994. Disiplin
Kiat Menuju Sukses, Jakarta : Pradika Pramita,
Said Hamid Hasan, Dkk Pengembangan
Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa (Kementrian Pendidikan Nasional Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum-Tahun 2010 2010).
Artikelnya sangat bermanfaat
BalasHapusMaterinya bagus, dan bermanfaat bagi pendidik dan jugaaa peserta didiknya
BalasHapusSangat bermanfaat untuk mengerjakan tugas, dan bagus sekali
BalasHapusTrimakasih atas informasinya dalam manajemen kelas, mater ini sangat bermanfaat untuk saya
BalasHapusmaterinya bagus
BalasHapusMaterinya sangat membantu kak
BalasHapusMaterinya bagus
BalasHapusMaterinya sangat bermanfaat...
BalasHapus